Millenial, Jangan Takut Membeli Properti

By Admin

nusakini.com--Millennial merupakan terminologi yang mengacu pada generasi yang lahir pada kisaran tahun 1980-2000-an. Generasi ini adalah generasi yang melek dan mempunyai keterikatan tinggi terhadap teknologi, tetapi di sisi lain masih belum melihat pentingnya berinvestasi khususnya investasi di produk properti. Ada banyak alasan yang melatarbelakangi keengganan generasi millennial untuk membeli properti. 

Menurut Hendro S. Gondokusumo, Wakil Ketua Umum Kadin Indonesia Bidang Properti, kencenderungan di kalangan generasi millennial bahwa membeli properti itu adalah suatu hal yang mustahil atau tidak penting. “Padahal, seiring dengan perkembangan inovasi di kalangan pengembang properti, perbankan, dan teknologi, membeli atau berinvestasi properti bukanlah suatu mission impossible, atau tidak bisa dicapai sama sekali,” tukas Hendro. 

Beberapa tantangan utama berinvestasi properti yang ramai beredar di kalangan millennial adalah membeli properti itu membutuhkan dana besar, prosesnya ribet, rentan penipuan, dan lain sebagainya. Oleh karena itu, Kadin Indonesia Bidang Properti mencoba menjawab sejumlah mitos itu melalui acara Ngobrol Properti bareng Kadin Indonesia dengan tema “Kapan Beli Properti” pada hari Kamis, 26 April 2018 mendatang di 57 Promenade, Graha Niaga Thamrin, Jakarta Pusat. 

Berikut beberapa alasan yang sering muncul di kalangan millennial yang akan diulas. 

1. Butuh Modal Besar

Dengan kenaikan harga kebutuhan dan penghasilan yang dimiliki, generasi millennial menganggap membeli rumah adalah hal yang sulit. Hal ini dikarenakan kenaikan harga rumah lebih cepat ketimbang kenaikan penghasilan. Hal ini tidak sepenuhnya salah tetapi sama seperti produk investasi lainnya, membeli rumah mempunyai banyak pilihan skema pembiayaan. Hal terpenting yang harus dilakukan millennial adalah membuat rencana keuangan yang tepat untuk dapat memiliki rumah yang diidamkan.

Sebagai contoh, Joni (bukan nama sebenarnya) dapat memiliki rumah di kawasan pinggiran Kota Depok dengan ukuran bangunan 60 meter dan luas tanah 90 meter seharga Rp400 juta. Sebagai karyawan swasta dengan gaji sekitar Rp8,5 juta/bulan dan berbekal uang muka 160 juta, dia bisa memiliki rumah tersebut di usia 26 tahun. Sejak mulai bekerja di usia 21 tahun dengan gaji awal sekitar Rp 5 juta/bulan, Joni mulai menyisihkan sekitar 30% dari gajinya untuk mempersiapkan uang muka kredit rumah. Sejalan dengan kenaikan jabatan dan penghasilan, dalam waktu 5 tahun, Joni mampu berinvestasi di properti. 

Jadi, memang yang terpenting adalah seorang millennial harus mampu berpikir taktis dan menyusun rencana keuangan yang baik untuk dapat memiliki rumah impian. Selain itu, harus disadari bahwa membeli rumah di Jakarta tentu berbeda harganya dibandingkan dengan membeli rumah di pinggiran Jakarta yang lebih terjangkau. 

Pemerintah dan para pengembang juga menyediakan pilihan-pilihan yang masih bisa dijangkau oleh kaum millennial, seperti Program Sejuta Rumah atau produk transit oriented development (TOD) di beberapa stasiun kereta listrik maupun MRT dengan harga yang terjangkau sesuai dengan jenis produk. 

2. Rumah Itu Investasi yang Tidak Likuid 

Rumah memang merupakan investasi yang tidak dapat segera diubah menjadi uang kas setiap saat. Tentunya dibutuhkan waktu agar sebuah properti bisa menjadi sebuah mesin uang dengan mempertimbangkan lokasinya dan harga pasar. Namun, properti merupakan salah satu investasi yang tergolong aman dengan kenaikan harga yang cenderung stabil. Properti yang dibeli pada tahun 2016 dengan harga Rp400 juta, harganya saat ini bisa mencapai Rp600 juta, atau naik sekitar 50% dalam 2 tahun.

Yang harus diingat adalah, investasi properti harus diletakkan dalam konteks jangka panjang. Selain itu, jangan ragu untuk membeli rumah di lokasi yang agak jauh dari perkotaan, karena Indonesia adalah negara berkembang. Dengan pertumbuhan ekonomi yang dapat dipertahankan di atas 5% per tahun, kawasan pinggiran juga akan ikut berkembang pembangunannya. Apalagi, pemerintah Indonesia saat ini sangat gencar membangun infrastruktur sehingga roda perekonomian akan terus berputar semakin cepat. 

Selain itu, perlu diingat, investasi tidak hanya dapat diartikan membeli produk lalu menjualnya kembali di harga lebih mahal. Investasi bisa juga dilihat sebagai produk yang menghasilkan pendapatan berkelanjutan, seperti membeli rumah untuk disewakan, dijadikan kos-kosan, atau mengikuti perkembangan teknologi saat ini, rumah juga dapat dijadikan sebagai penginapan. 

3. Takut Berhutang 

Sebelum membeli rumah, penting untuk melihat resiko dan keuntungan yang ditawarkan oleh setiap pengembang dan bank. Selama Anda masih mempunyai gaji, ketakutan tidak bisa membayar merupakan kecemasan yang tidak berasalan. Sama seperti memulai usaha, membeli properti juga membutuhkan modal. Oleh karena itu, tidak ada salahnya mengandalkan perbankan atau jasa pembiayaan lainnya melalui KPR atau KPA. Apalagi, saat ini bunga kredit cenderung turun, sehingga merupakan saat yang tepat untuk membeli properti.

4. Prosesnya Ribet 

Di zaman sekarang ini, seharusnya tidak ada yang ribet dalam kehidupan. Begitu juga dengan membeli properti. Para pengembang pada umumnya sudah memfasilitasi berbagai macam pengurusan dokumen dalam pembelian properti. Jadi tidak perlu khawatir akan direpotkan mengurus berbagai dokumen. Ada apa saja dokumen yang akan diurus dalam proses pembelian properti? Simak penjelasannya di acara Ngobrol Properti bareng Kadin Indonesia nanti.

5. Takut Ditipu 

Salah satu hal yang bisa dilakukan untuk menghindari penipuan adalah dengan memperbanyak informasi. Ketika memutuskan untuk membeli rumah, pastikan Anda mengetahui berbagai macam skema dan konsekuensi terburuk dari sebuah pilihan.

Jangan mudah tergiur dengan iming-iming dan janji-janji tidak jelas, seperti harga unit yang terlampau murah, diskon besar-besaran, dll. Dengan internet, informasi bisa didapatkan dengan mudah. Kalau masih bingung dengan informasi yang beredar di internet, datangi pengembang dan bank bersangkutan secara langsung. Anda juga bisa menghadiri berbagai seminar atau bincang-bincang yang diadakan mengenai millennial dan properti, seperti acara yang digelar oleh Kamar Dagang Indonesia. 

Jadi begitu penjelasannya. Membeli properti bukanlah momok menakutkan. Segera persiapkan diri untuk memulai investasi properti demi masa depan yang lebih baik. Kapan Beli Properti? Kalau tidak sekarang, kapan lagi. 

6. Prinsip Yolo (You Only Live Once) 

Punya properti dirasakan oleh sebagian besar para millenia bukan kebutuhan utama. Kebutuhan utama bagi kalangan millennial adalah gaya hidup, seperti fesyen, F&B, traveling, pendidikan, dan komunitas. Rumah dan tempat tinggal kemungkinan ada di urutan buncit—bukan sesuatu yang penting atau mendesak untuk diwujudkan. Prioritasnya difokuskan untuk menikmati hidup, seperti traveling dan mendapatkan pengalaman baru dan lainnya.

Hidup memang cuma sekali dan mempersiapkan hidup nyaman harus dimulai sedini mungkin. Tidak mau kan sampai umur 40 tahun sudah menikah masih tinggal bersama orang tua? Maka dari itu, investasi properti merupakan investasi penting. Kepemilikan properti juga erat dengan kaitannya dengan kebebasan khususnya finansial.(p/ab)